KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan
Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia tentang Kerangka Karangan. Selain itu
tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Bahasa secara meluas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Ridha
Nurmasari selaku dosen Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Akhirnya
kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerangka
Karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis
besar dari suatu kerangka karangan yang ditulis, dan merupakan rangkaian
ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.
Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan
tidak keluar dan topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini
sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan
penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
Pada umumnya kerangka karangan
merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya
(teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan), serta pedoman bagi pembaca
untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut
outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan
lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangka
karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang,
sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara
gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan
dengan baik, harmonis dalam perimbangannya. Kerangka karangan
merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur
ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
1.2 Batasan Masalah
Kerangka karangan banyak dipergunakan
didalam setiap pembuatan penulisan karya ilmiah sehingga banyak ketentuan yang
harus dilakukan untuk pembuatan penulisan tersebut. Untuk itu Penulis hanya
membatasi penulisan ini pada pola susunan secara garis besar, macam–macam dan
syarat pembuatan outline (kerangka karangan).
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pola susunan outline (kerangka
karangan) secara garis besar.
2. Untuk mengetahui macam-macam outline (kerangka karangan)
berdasar sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
3. Untuk mengetahui syarat outline (kerangka karangan) yang
baik.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam
mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan metode kepustakaan. Dimana
metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Outline (Kerangka Karangan)
Berikut ini
pengertian dari outline (kerangka karangan) adalah sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian
Outline
Pengertian Outline
menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar, atau guratan. Jadi
Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
2.1.2 Pengertian Karangan
Karangan merupakan
karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis
karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.
2.1.3 Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan
adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka
karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan kerangka
karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Kerangka karangan
merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan
atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok
tulisan. Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau
dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran
penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai
satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub
topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.
2.2 Manfaat Outline (Kerangka
Karangan)
a.
Untuk menjamin
penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
b.
Untuk menyusun
karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat
gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan
dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah
gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
c.
Memudahkan penulis
menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke
satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan
itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks
utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya.
Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama,
maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai
klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
d.
Menghindari
penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu
dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan
itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu,
karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila
penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian
terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan
bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di
pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu,
tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus
menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain
cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan
mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah
mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan
pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan
di bagian mana dalam karangannya itu. Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan
yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang
hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan,
struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan
miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini
karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
2.3 Pola Susunan Outline (Kerangka
Karangan)
Secara garis besar,
pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis,
berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.
1. Pola Alamiah
Merupakan suatu
urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam.
Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang
esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3
yaitu :
a. Kronologis
(waktu)
Urutan
yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya
tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya
: Topik (riwayat hidup seorang penulis)
-
asal usul penulis
-
pendidikan si
penulis
-
kondisi kehidupan
penulis
-
keinginan penulis
-
karir penulis
b. Spasial (ruang)
Landasan
yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat
erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam
tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
-
Di daerah Kalimantan
-
Di daerah Sulawesi
-
Di daerah Sumatra
c.
Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola
alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu
. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian
itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan
bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya
itu.
2.
Pola Logis
Tanggapan
yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap
persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis
sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya,
tetapi erat dengan tanggapan penulis. Dinamakan pola logis
karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang
selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6,
yaitu :
a. Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai
tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian
merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
-
Keresahan masyarakat
-
Merajalela nya praktek KKN
-
Keresahan masyarakat
-
Kerusuhan social
-
Tuntutan reformasi menggema
b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke
sebab . Pada pola pertama suatu masalah di
anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian
yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif
dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di
hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
-
Tingginya harga
bahan pangan
-
Penyebab krisis
moneter
-
Dampak terjadi
krisis moneter
-
Solusi pemecahan
masalah krisis moneter
c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah
tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah
tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan
masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau
persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah
yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
-
Apa itu virusH1N1
-
Bahaya virus H1N1
-
Cara penanggulangannya
d. Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti
dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh
internet)
Para pangguna internet
-
Anak–anak
-
Remaja
-
Dewasa
Manfaat internet
-
Media informasi
-
Bisnis
-
Jaringan social
-
Dan lain–lain
e. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai
dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur
pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam
keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan
analogi.
f. Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip
dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu
barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan
akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh
para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.
2.4 Macam-macam Outline (Kerangka
Karangan)
A. Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara /
Non-formal Cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya tidak kompleks.
b) Akan segera digarap.
2) Kerangka Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya sangat kompleks.
b) Topiknya sederhana, tetapi tidak segera
digarap Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang
dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap
sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga
tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal. Contoh kerangka
karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini
:
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket batubara dengan meningkatnya pencemaran.
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket batubara dengan meningkatnya pencemaran.
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar tanpa menimbulkan masalah baru. Aspek
yang diteliti :
a. kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia.
b. sumber bahan bakar di Indonesia.
c. cadangan bahan bakar di Indonesia.
d. kenyataan yang terjadi di masyarakat
saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai
bahan bakar alternatif.
e. efek negatif batubara sebagai bahan
bakar alternatif.
f. jalan keluar atas dilema penggunaan
kompor briket batubara.
Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket.
Literatur :
Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999.
Environmental Science: a global concern.
Fifth edition. Mc Graw, Boston Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in the environment.
Fifth edition. Mc Graw, Boston Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in the environment.
Brooks Cole Publishing company,
Pacific Grove, CA. Raven, P.H., L.R. Berg &
G.B.Johnsons. 1998.
Environment. Second Edition. Saunders
College Publishing, Forthworth, FL. Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005),
hal. 2 www.wikipedia.com
B. Berdasar Perumusan Teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan
Kerangka Topik
2.5 Syarat Kerangka Karangan yang baik
a. Tesis atau pengungkapan maksud harus
jelas.Pilihlah topik yang merupakan hal yang
khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau
pengungkapan maksud.
b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.Bila satu unit
terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara
logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu
tergambar jelas.
d. Harus menggunakan simbol yang
konsisten.Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal
untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam
mengembangkan karangan.
2.6 Langkah-langkah menyusun karangan satu
per satu;
1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan,
permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.Judul adalah
kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada
persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk
singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam
menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing
penulis mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai
dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang
telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
1. Catat hal penting semampunya.
2. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka.
Kerangka karangan menguraikan
tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini
merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk
mencapai tahap yang sempurna. Berikut fungsi kerangka karangan :
a) Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan
sistematis.
b) Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.
c) Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak
penting.
Tahapan dalam menyusun kerangka
karangan :
a) Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon
pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
b) Mengatur urutan gagasan.
c) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d) Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap.
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan
tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. jika
benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan
kreatif, mengalir dan nyata.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami sampaikan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
Kesimpulan
Di dalam bahasa indonesia untuk membuat suatu makalah
harus membuat Outline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar makalah tersebut
terarah dan sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan
suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau
tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran
utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan. Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar
dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis. Macam–macam
outline ( kerangka karangan ) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan
berdasar perumusan teksnya. Syarat outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah
sebagai berikut :
a.
Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
b.
Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
c.
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara
logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d.
Harus menggunakan simbol yang konsisten.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
E. Zaenal dan S.Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta : CV Akademika Pressindo. W. J. S Poerwadarminta.
Bahasa
Indonesia untuk Karang Mengarang, cetakan ke-2. `1979.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar